Masih ingatkah Anda dengan seorang
remaja putri berusia 17 tahun yang pernah menggegerkan dunia pendidikan
Indonesia pada pertengahan 2009. Gadis mungil ini berhasil meraih gelar
sarjana kedokteran di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada usia
yang sangat muda, yakni 17 tahun 11 bulan.
Dia adalah Riana Helmi putri
berkerudung kelahiran Banda Aceh 22 Maret 1991. Putri pasangan Rofi’ah
dan Ajun Komisaris Polisi (AKP) Helmi, S.H. ini tercatat sebagai sarjana
termuda di Indonesia dengan Predikat cumlaude dan Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) 3,67.
Keberhasilan Riana ini,
membawanya meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI)
pada hari Sabtu bulan Juni 2010 sebagai lulusan Termuda. Bahkan, UGM pun
meraih penghargaan yang sama sebagai universitas yang berhasil
meluluskan sarjana kedokteran termuda.
Keberhasilan Riana tentu melalui proses yang tidak mudah. Godaan dan tantangan selalu menghadang pada setiap langkahnya.
Di tengah kesibukannya, Riana Helmi masih bisa menyisihkan waktunya untuk berbagi kisah dengan Alhikmah.
Riana Helmi hidup di keluarga
yang sederhana. Ia. Ayahnya yang seorang Polisi, membuat anak pertama
dari 3 bersaudara ini beserta keluarganya terpaksa berpindah-pindah
domisili. Mulai Aceh, Karawang dan berakhir di Sukabumi, tergantung
tugas yang diemban sang ayah.
Di usia 3 tahun, Riana sudah pandai membaca. Sang ibulah yang amat berperan dalam pendidikan Riana sejak usia dini.
“Ibu saya seorang yang sangat
tekun dan ulet. Beliau sendiri yang mengajari saya membaca, menulis,
berhitung, juga membaca Alquran. Beliau selalu ada waktu untuk membantu
saya jika saya mengalami kesulitan mengenai pelajaran dan tugas-tugas di
sekolah,” tutur Riana.
Sang ayah pun berperan aktif.
Riana menilai ayahnya sebagai orangtua yang sangat peduli terhadap
perkembangan pendidikan anaknya. Ia sangat memperhatikan pelajaran Riana
di sekolah dan membantu apapun keperluannya untuk memenuhi tugas-tugas
sekolah. Riana masih ingat betul bagaimana sang ayah selalu mengantarkan
dan menjemputnya ke sekolah.
“Beliau seorang yang penuh
perencanaan akan pendidikan saya. Saya pikir, saya harus banyak
mencontoh kegigihan, sifat bersunguh-sungguh, dan kerja keras dari
beliau,” kata Riana.
Riana mulai masuk Sekolah Dasar
(SD) pada usia 4 tahun. Bukan lantaran paksaan dari kedua orang tuanya,
namun, kecerdasan Riana memang sudah tampak setahun sebelumnya, saat
berusia tiga tahun.
Riana sejak kecil memang jarang
bermain layaknya anak seusianya. Ia menghabiskan waktunya dengan banyak
belajar dan ia sangat menikmatinya.
Riana menyelesaikan SD selama 6
tahun dengan prestasi yang sangat memuaskan. Setelah itu ia mengikuti
program percepatan (akselerasi) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui beberapa tes IQ akademik.
Hasilnya, Riana selalu lolos
uji, sehingga ia bisa menamatkan SMP dan SMA, masing-masing 2 tahun
lamanya. Logis jika jenjang pendidikan SMA berhasil dilalui saat usianya
baru 14 tahun.
Di Fakultas Kedokteran UGM
Cita-citanya
sejak kecil yang ingin menjadi dokter, membuat dia begitu mantap untuk
mendaftar ke Fakultas kedokteran di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
melalui jalur Penelusuran Bakat Skolastik (PBS).
Program ini diseleksi langsung
oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi. Dan impian itu
mulai tampak di depan mata setelah ia berhasil lulus seleksi PBS.
Masuk dunia kampus, Riana
menghabiskan waktu dengan banyak membaca buku serta berdiskusi dengan
teman-teman kuliahnya. Bagi Riana gerbang menuju ilmu pengetahun tiada
lain adalah dengan rajin membaca. Selain aktif belajar di kampus ia juga
rutin mengikuti kajian Islam ilmiah di sekitar kampus.
“Banyak sekali waktu untuk
membaca. Terkadang, saya menargetkan 1 buku untuk tiap akhir pekan, jika
tidak ada tugas kuliah yang harus segera diselesaikan,” tutur Riana.
Riana terbiasa belajar mulai
sejak pukul 3 dini hari hingga subuh menjelang. Tapi kalau ada ujian ia
bisa belajar sampai larut malam. Ia mengakui tugas-tugas kuliah di
fakultas kedokteran sangatlah banyak, namun karena dengan kecerdasan,
ketekunan dan doa yang selalu ia panjatkan pada Khaliknya, Riana
berhasil melewati semua itu.
Persis dalam jangka waktu 3
tahun 8 bulan, Riana akhirnya berhasil menyelesaikan kuliah dengan
meraih gelar Sarjana Kedokteran UGM. Saat itu usianya 17 tahun 11 bulan.
Spirit Riana
Sekarang
ini Riana masih sibuk menjalani program profesi dokter muda
(ko-asistensi) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito di
Kabupaten Sleman, Yogyakarta, RSUP Soeradji Tirtonegoro di Klaten, Jawa
Tengah, RSUD Banyumas, RSUD Wates dan beberapa rumah sakit yang lainnya.
Ia menargetkan selesai koasistensi tepat waktu di akhir 2010. Setelah
itu, ia akan dilantik secara resmi menjadi dokter.
Perjuangan Riana Helmi memang
masih panjang. Prestasi yang ditoreh tentu menumbuhkan bertitik harapan,
bahwa dengan kesungguhan, kegigihan, dan tentunya doa yang tak putus
dipanjatkan, mampu mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Terakhir, kepada generasi muda
ia berpesan, “Mumpung masih muda, masih banyak waktu untuk dapat terus
mencari ilmu dengan sungguh-sungguh, baik ilmu agama maupun ilmu lain
sesuai profesi dan tuntutan masing-masing. Bersemangatlah atas apa-apa
yang bermanfaat bagimu, dan minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah
kamu merasa lemah (malas).”
Sumber : http://www.penayasin.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar